Neorealisme dan Dominasi China di Myanmar : Analisis Geopolitik dan Peran China-Myanmar Economic Corridor (CMEC) Pasca-Kudeta 2021

  • Annisa Febrianti Putri Indrasari Universitas Singaperbangsa Karawang
  • Gili Argenti Universitas Singaperbangsa Karawang

Abstract

Pasca kudeta militer di Myanmar tahun 2021, hubungan bilateral antara Tiongkok dan Myanmar memasuki fase yang semakin kompleks, terutama dalam konteks dominasi geopolitik dan kepentingan strategis Tiongkok melalui proyek China Myanmar Economic Corridor (CMEC). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana dominasi Tiongkok diwujudkan dalam lanskap politik Myanmar pasca kudeta, serta bagaimana pendekatan Neorealisme melalui varian defensif dan ofensif membingkai perilaku strategis Tiongkok dalam merespons dinamika regional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan analisis data sekunder dari berbagai sumber akademik, laporan kebijakan, dan media terpercaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tiongkok mengadopsi strategi ambivalen yang menggabungkan stabilisasi jangka pendek dan ekspansi pengaruh jangka panjang melalui CMEC. Dalam bingkai Defensive Realism, Beijing berupaya menjaga stabilitas perbatasan dan keberlanjutan proyek strategis, sementara dalam perspektif Offensive Realism, Tiongkok memanfaatkan ketidakstabilan politik Myanmar untuk memperkuat hegemoni regionalnya dan menantang kekuatan global pesaing. Temuan ini memperlihatkan bahwa pendekatan Neorealisme tetap relevan dalam menjelaskan pola dominasi negara besar dalam tatanan internasional yang anarkis dan kompetitif.

Published
2025-10-06
How to Cite
Indrasari, A., & Argenti, G. (2025). Neorealisme dan Dominasi China di Myanmar : Analisis Geopolitik dan Peran China-Myanmar Economic Corridor (CMEC) Pasca-Kudeta 2021. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 11(10.D), 201-209. Retrieved from https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP/article/view/13051